Wednesday, October 6, 2010

Pangeran Saudi Terjerat Kasus Pembunuhan

Seorang pangeran asal Arab Saudi terjerat kasus pembunuhan atas seorang pembantu pria di suatu hotel di London, Inggris. Selain dipukul hingga tewas, pembantu itu diduga menjadi korban pelampiasan nafsu seksual terdakwa.

Menurut sidang pengadilan di London, Selasa 5 Oktober 2010, terdakwa bernama Pangeran
Saud Abdulaziz bin Nasser al-Saud. Pria berusia 34 itu merupakan kemenakan Raja Arab Saudi, Abdullah. Pembantunya yang menjadi korban bernama Bandar Abdulaziz. Berusia 32 tahun, Abdulaziz adalah yatim piatu yang diadopsi oleh seorang keluarga kaya dan bekerja untuk Saud dalam tiga tahun terakhir.

Abdulaziz ditemukan tewas dengan luka pukulan dan cekikan di dalam kamar hotel Landmark di distrik Marylebone, London, pada 15 Februari 2010. Aksi kekerasan pelaku kepada korban terekam dalam kamera CCTV yang dipasang di suatu elevator hotel pada Januari 2010.
Mereka berdua tiba di London pada Desember tahun lalu untuk berlibur setelah mengunjung Praha, Milan, Marakas dan Maladewa. Saud diduga menggunakan buku panduan perjalanan untuk kaum gay sebagai pemandu wisata.
Laporan pengadilan menyebutkan bahwa
Abdulaziz ditemukan di tempat tidur dengan
luka pada mata, bibir, gigi, telinga, otak, leher,
pungung, dada, dan perutnya. Pada pipinya juga terdapat bekas gigitan yang disebut pengadilan sebagai bukti bentuk pemaksaan seksual.
Jaksa penuntut, Jonathan Laidlaw, mengatakan
bahwa luka tersebut kebanyakan disebabkan
oleh pukulan keras pada kepala dan wajahnya.
Pukulan yang mengakibatkan luka parah ini
diduga dilakukan sebelum dia mati. “Bekas darah yang ditemukan di kamarnya jelas
menunjukkan bahwa korban telah menjadi
sasaran penyiksaan sebelum dia akhirnya
terbunuh, ” ujar Laidlaw.

Sebagai barang bukti, pihak penuntut juga
menunjukkan rekaman CCTV yang diambil pada 22 Januari 2010. Rekaman yang diambil di lift hotel memperlihatkan adegan dimana Saud memukuli pembantunya itu dengan tinju dan sikutnya. Tayangan itu diunggah ke laman video YouTube.

Dalam rekaman itu, Abdulaziz berusaha
melindungi diri dari pukulan bertubi-tubi Saud. Namun, dia hanya bertahan tanpa melakukan serangan balik. “Dia tidak dapat atau tidak bisa melakukan perlawanan apapun, melawan balik atau bahkan mengangkat tangannya untuk melindungi diri, ” ujar Laidlaw.

Akibat pemukulan ini, telinga Abdulaziz bengkak tiga kali ukuran dari normal dan dia menjalani operasi wajah. Pada malam sebelum ditemukannya korban, Saud dan Abdulaziz minum-minum di hotel bar hingga tengah malam. Malam itu, tamu di kamar bawah mendengar suara berisik seperti perabotan yang dibanting. Hari berikutnya, Abdulaziz telah tewas. Saud langsung menghubungi staf Kedutaan Besar Arab Saudi.

Saud menangis ketika bercerita kepada staf
kedutaan bahwa dia menemukan Abdulaziz
sudah tidak bernyawa lagi. Dia lalu ditahan oleh kepolisian Inggris. Walaupun Saud mengaku seorang heteroseksual dan mempunyai kekasih di Arab Saudi, namun Laidlaw mengatakan bahwa bukti-bukti menunjukkan bahwa dia adalah seorang gay atau mempunyai kecenderungan homoseksual. “Jelas penyiksaan terhadap Abdulaziz tidak hanya pemukulan biasa, terdapat bukti yang menunjukkan seperti bekas gigitan, serta unsur kekerasan seksual lainnya pada tubuh korban, ” ujar Laidlaw.

Pengadilan juga mengatakan bahwa Saud mencoba untuk menghilangkan jejak dengan
membersihkan darah dan mencuci baju korban yang penuh darah. Pengadilan juga mengatakan bahwa darah Abdulaziz ditemukan juga di celana Saud dan air maninya ditemukan di bagian belakang celana korban. (Associated Press)

No comments:

Post a Comment